AMT di SDII Al Abidin Surakarta

SDII AL ABIDIN Surakarta mengadakan kegiatan AMT (Achievement Motivation Training) dalam rangka memotivasi siswa dalam meraih prestasi di awal tahun ajaran baru. Kegiatan ini diikuti oleh semua siswa SDII AL ABIDIN Surakarta level/kelas V dan diadakan di SDII AL ABIDIN pada hari Jum’at, 13 Juli 2012. Pemandu dari acara tersebut, trainer dari Lembaga Pelatihan Pendidikan ALIF, Ibu Farida Nur’aini, S.Sos yang akan menyampaikan materi tentang “Motivasi Meraih Prestasi di Kelas Baru”

AMT di SDII Al Abidin

SDII AL ABIDIN Surakarta mengadakan kegiatan AMT (Achievement Motivation Training) dalam rangka memotivasi siswa dalam meraih prestasi di awal tahun ajaran baru. Kegiatan ini diikuti oleh semua siswa SDII AL ABIDIN Surakarta level/kelas V dan diadakan di SDII AL ABIDIN pada hari Jum’at, 13 Juli 2012. Pemandu dari acara tersebut, trainer dari Lembaga Pelatihan Pendidikan ALIF, Ibu Farida Nur’aini, S.Sos yang akan menyampaikan materi tentang “Motivasi Meraih Prestasi di Kelas Baru”

AMT di As Salam

AS SALAM mengadakan kegiatan AMT (Achievement Motivation Training) pada hari Selasa, 17 Juli 2012 di SMP As Salam. Kegiatan ini diisi oleh Trainerdari LPP ALIF, Ibu Farida Nur’aini,S.Sos dan diikuti oleh siswa SMP As Salam kelas VII.

Peresmian LPP ALIF

Pemukulan gong oleh Abdul Ghofar ismail,S.Si, anggota komisi IV DPRD Surakarta menandai resminya LPP ALIF beroperasi dan siap melayani kebutuhan masyarakat dalam bidang pelatihan.

ALIF dalam Parent Gathering SD Al Azhar Solo Baru

TK ISLAM AL AZHAR 28 Solobaru mengadakan kegiatan pelatihan orang tua murid yang diadakan di TK ISLAM AL AZHAR 28 Solobaru pada hari Sabtu, 14 Juli 2012. Peserta yang berpartisipasi dalam kegiatan ini yaitu seluruh orang tua wali murid baru pada tahun ajaran 2012-2013. Seminar parenting ini akan diisi oleh trainer dari LPP ALIF, Ibu Farida Nur’aini,S.Sos

Senin, 03 Desember 2012

Kajian "Dunia Islam Terkini" bersama dosen Fakultas MIPA UNS

Ada seorang anak bernama Husein yang berusia 3 tahun, mampu mneghafal Al Qur'an. Banyak orang bilang ketika seorang bayi masih dalam kandungan mereka juga merasa apa yang di lakukan ibunya, mereka bisa belajar lewat musik, dll. dan itu benar ketika masih dalam kandungan Husein sering diperdengarkan ayat Al Qur'an, ibunya melatihnya sejak dini.


Satu pesan untuk kita para pendidik hebat...Jadilah kita pendidik yang tidak hanya pandai bertransfer materi tetapi menjadikan generasi yang berilmu dan ruh keagamaannya kuat, sehingga mereka tidak hanya pandai bermateri tetapi kuat dalam bersikap dan dekat pada Allah SWT. Semangat ..

Salah satu karya terbaik peserta ALIF WRTTING SCHOOL



Bingkai Kehidupan
Oleh: Attar Ary Asmoro

“What...!”, pekik Nisa tertahan. “Kenapa harus dia?”. Wajahnya menekuk, tidak bisa berfikir.
“Apa masalahnya, nak? Wisnu anak yang baik. Dia juga sering melakukan kegiatan-kegiatan sepertimu, kan?” Jawab ibu dengan sabar.
“Bu, Nisa tahu dia orang baik, terlalu baik malah. Tapi justru itu masalahnya, dia terlalu baik bu..., nggak pas buat aku”. Nisa memandang wajah ibunya, mencoba meyakinkan. Tapi ibu hanya menghela nafas, dan berkata,
“Baiklah. Ibu beri waktu kamu untuk berfikir. Ingat nak,..berfikir..., bukan mengelak lagi seperti kemarin-kemarin. Ibu tidak akan mengganggu kamu lagi dalam 1 minggu ini”. Ibu beranjak dari kursinya. Melangkah menuju pintu kamar, tapi sebelum keluar, beliau berbalik dan berkata lagi, “O ya Nis, Ibu lupa, 1 bulan lagi kamu ulang tahun ke dua puluh sembilan ya?”, Nisa tersenyum pahit, “Ya bu, Nisa ingat”.
Pintu kamar tertutup. Nisa memandang keluar jendela. Batinnya terus berbisik. Ok, so what kalau aku sudah 29 tahun. Trus gue harus koproll sambil bilang wow gitu? Ucap batinnya sesak. Dia tahu kegalauan hati ibunya. Usianya tak lagi muda. Banyak teman sekolahnya yang anaknya sudah masuk SD. Ibu juga sudah sepuh, bapak sudah meninggal 2 tahun kemarin. Ibu pernah bilang kalau bapak sebenarnya ingin melihatnya menikah sebelum bapak dipanggil Allah, tapi ternyata takdir berkata lain. Dan sekarang ibu ingin segera melihatnya menikah. Segera menimang cucu untuk menjadi teman di hari tuanya. Tiga orang kakaknya tinggal di tempat jauh. Mas Irwan jadi pengacara di Padang. Mbak Nanda ikut suaminya yang baru saja mendapat beasiswa di Australia. Mas Galang memilih menjadi ahli konservasi hutan di Papua.
Sementara dia... lulus dari Akuntansi UI malah ikut freelance pekerja sosial di Kemensos. Masuk ke kampung-kampung, mendata keluarga miskin, janda, anak terlantar, anak yatim, jompo. Melakukan pendampingan, sosialisasi bantuan, dan membantu penyalurannya agar tepat sasaran dan tidak bocor di jalan.  Tidak kenal waktu, pagi, siang, sore, malam. Di sela-sela waktu Nisa sibuk dengan mengisi kajian. Taklim ibu-ibu, mentoring anak SMA, les gratis untuk anak-anak, bahkan mengajar iqro ‘ juga di masjid kampungnya. Nisa dengan beberapa teman aktivis  juga membangun sebuah lembaga amal untuk membantu anak-anak yatim.
Kakak-kakaknya selalu berseloroh ketika berkumpul, “Kamu itu Nis, punya ilmu dan ijazah mahal tidak digunakan. Coba lihat teman-teman satu angkatanmu. Mereka sudah nyaman dengan Honda Jazz  atau Freednya masing-masing. Tinggal di apartemen mewah. Lah, lihat kamu, waktumu habis di jalan”.
“Tenang mas, insyaallah Nisa akan mendapat yang lebih baik nanti. Surga mas... surga... Keren kan?”. Katanya sambil tersenyum lebar.
Dan Wisnu? Wisnu! Sebenarnya bukan karena Wisnu anak yang baik. Ya ... oke Nisa tahu dia baik, bagaimana tidak tahu, dia teman sejak kecil, rumah Wisnu hanya berjarak sebuah kebun kecil dan sebuah pos ronda dari rumah Nisa. Wisnu yang pendiam, tersenyum malu dan salah tingkah ketika menyapanya. Wisnu yang sering adzan di masjid, rajin ikut taklim, hanif. Wisnu yang karirnya oke, yahh.. meskipun dulu ketika sekolah Wisnu jarang dapat rangking, tapi sekarang dia jadi  kepala sekolah bro.. Kepala Sekolah! Nisa terbayang Wisnu masuk ke gerbang sekolah, pakai peci, menenteng tas hitam butut, naik sepeda kebo. Ahh... Oemar Bakri banget... Tidakk...
Pikiran Nisa kian dalam. Bagaimana dia akan mengimbangi langkahnya dalam berorganisasi. Bagaimana dia nanti bisa mengerti aktivitas Nisa. Bagaimana dia bisa menerima waktu seorang istri  yang hanya sedikit. Bagaimana mereka nanti bisa menyelaraskan dua kehidupan yang sedemikian berbeda. Akankah dia bisa mendukung semua kegiatanku? Dia yang begitu teratur, tertata, menjalankan aktivitas tanpa gejolak berarti. Ahh... apa ya kata yang tepat, pribadi yang lemah? Ah tidak.. karakter yang kurang kuat.. ya..itu dia.
Setiap hari Nisa selalu bermunajat kepada Allah  agar tidak diperjodohkan dengan Wisnu. Dalam doa-doa panjang di sepertiga malam. Dalam waktu-waktu mustajab untuk berdoa. Dia tidak ingin menikah dengan wisnu. Tidak sedikitpun. Apa salah kalau dia ingin suami sesama aktivis seperti dia. Seorang laki-laki yang cerdas dan berkarakter kuat? Yang bisa seiring sejalan dan menjaganya?
Sementara di seberang kebun dan pos ronda. Wisnu juga senantiasa bermunajat untuk diberikan jodoh yang terbaik. Kalaupun Nisa adalah yang terbaik, ia memohon kepada Allah  untuk menyegerakan pernikahan itu. Sungguh ia sangat berharap bisa menikah dengan Nisa. Seorang gadis baik, aktivis muslim yang terjaga, cerdas, mengabdikan seluruh waktunya untuk masyarakat. Betapa ia sangat mengharapkan gadis itu.
...
Piye, nduk?” kata ibu pelan di belakang Nisa. Nisa tidak menjawab. Tangannya masih sibuk melipat mukena. Dirapikannya jilbab lebar yang agak berantakan setelah salat.
Nduk...?”. Nisa bergeming.
“Ibu butuh jawaban. Tadi ayah Wisnu datang kemari menanyakan jawabanmu. Dulu ibu minta waktu 1 minggu untuk menjawab, tapi kamu belum siap. Dan sekarang sudah tiga minggu, nak. Ibu tidak enak dengan Pak Rahmad. Bukankah kita juga harus menjaga hubungan baik dengan tetangga?”.
Ibu tidak mendengar jawaban apapun. Nisa akhirnya membalikkan badan menghadap ibunya. Tampak butiran air mata turun ke pipinya. Nisa menangis dalam diamnya.
“Maafkan Nisa, bu.” Ibu menghela nafas panjang. Beliau tahu jawaban anaknya itu. Sama seperti dulu ketika Fauzan, Imran, dan Widan datang kepadanya. Pemuda-pemuda baik yang ditolak oleh Nisa.
...
“Alhamdulillah...  Akhirnya pangeranmu datang juga, Nisa. Beneran nih, kamu menikah dengan Faqih Al Fattah? Wah.. jadi pernikahan hebat nih. Pasangan yang sempurna. Sama-sama cerdas, aktivis jempolan. Wah.. jadi keluarga samara nanti.”
Nisa tersenyum. Bangga.
 “Alhamdulillah, Aisy, Allah  mendengar dan mengabulkan doaku. Tolong nanti kamu sampaikan undanganku ke teman-teman semua ya”.
“Ya, insyaAllah ”.
Aisyah, teman karib Nisa benar-benar bahagia, sekaligus iri. Betapa tidak, dua orang andalan, dua orang juara, dipertemukan Allah  dalam sebuah pernikahan. Sungguh akan menjadi keluarga yang luar biasa.
Dan datanglah hari itu. Hari yang menjadikan hati ibu mengharu biru. Senang dan sedih bersatu. Senang melihat anaknya akhirnya menikah setelah penantian yang panjang. Sedih karena ia akan melepas putri kesayangannya itu. Air mata ibu menetes deras ketika beliau mendengar...
“...saya terima nikahnya An Nisaul Karimah binti Abdullah dengan mas kawin kitab tafsir Fii Zhilalil Quran Asy Syahid Sayyid Qutb dibayar tunai”. Lantang suara Faqih menggema di ruangan bertabur bunga yang sudah disekat putra dan putri itu.
“Para saksi..., sah?” tanya pak Naib.
“Sah!” Jawab para saksi dengan kompak.
Serempak para undangan menjawab, “Alhamdulillah”.
Airmata ibu semakin deras menetes...
...
Starting a new life...
“... Sayang...”. Keras suara laki-laki itu bergemuruh di rumah kecil di ujung belakang perumahan itu.
”Ya.., sebentar.”
“Kamu ngapain saja sih dari tadi? Lelet amat. Aku harus segera ngisi khutbah Jumat di Masjid. Kamu harusnya sudah menyiapkan perlengkapanku. Mana sandal hitamku? Sama itu ikat pinggang. Kamu itu payah benar, membelikan celana panjang malah kebesaran. Jadi istri kok tidak tahu kebutuhan suami”. Omelnya panjang lebar.
“Aku kan baru saja pulang, mas. Tadi pagi sudah saya siapkan. Sandalnya tadi njenengan pakai ke kantor BAZIZ. Sama ikat...”.
“Apa..? Sudah berani sama suami? Tugasmu itu memenuhi kebutuhanku, bukan malah menceramahi. Aku ini Qowam kamu. Cepat cari sana”.
Baru saja dia melangkah... Terdengar adzan dari masjid.
Allahuakbar...Allahuakbar...
“Kamu dengar.. sudah adzan... rugi aku menikahimu. Lambat. Kalau hanya seperti ini, lebih baik dulu aku tidak menikah dengan aktivis saja. Sudah. Tidak perlu mencari lagi. Aku bisa pakai yang lain. Payah.”
Laki-laki itupun buru-buru membuka pintu dan melangkah cepat ke masjid.
Assalamu’alaikum..., mas.”  Bisik perempuan itu tertahan. Ia memejamkan matanya.
“Robbi... Inikah suamiku. Inikah Faqih Al Fattah sang aktivis teladan itu?”
...
“Ibu sakit, Nis. Tolong pulang dulu, nduk.” Suara lemah ibu di HP membuat Nisa tertunduk kelu.
“Mas Faqih baru di luar kota, bu. Nisa harus ijin dulu untuk pulang menjenguk ibu.”
“Ya. Ndak apa-apa, kamu ijin suamimu dulu. Ibu bisa menunggu.”
Tak lama Nisa berhasil menghubungi suaminya.
“Ya. Tapi ingat, satu hari saja. Aku tidak mau menemui rumah kosong ketika besok pulang.”
“InsyaAllah , Mas.”
...
Ibu nampak sayu duduk di depan jendela ruang tamu.
“Sudah 2 tahun kamu menikah, bagaimana keluargamu, Nduk?”
“Alhamdulillah.  Kami baik-baik saja. Mas Faqih sangat perhatian. Mohon doanya agar segera dikaruniai momongan.” Jawab Nisa dengan wajah ceria.
“Ya, semoga, nduk. Jangan lupa selalu memohon kepada gusti Allah ”.
Nggih, bu.”
Ahh... Maafkan Nisa, bu. Bahkan Nisa sudah tidak punya air mata lagi. Setiap saat Faqih selalu mencari kesalahannya, menghujat, memaki. Hal kecilpun bisa membuat dia marah. Faqih memang belum pernah memukulnya. Tapi kata-kata Faqih lebih menyakitkan daripada diiris sembilu. Lebih membuat memar daripada hantaman tinju. Begitu bagus dia menganyam lisannya untuk menyakiti hati. Aku adalah Qowam. Istri harus taat pada suami. Jika istri membangkang maka ia boleh dipukul. Istri adalah ladang bagi suami. Istri dilaknat ketika suami tidak ridho di malam hari. Ahh... Robbi... sungguh aku tidak sanggup bertahan lagi. Bukankah aku juga seorang yang punya wawasan? Bukankah aku juga berpenghasilan? Bukankah aku tidak 100% menggantungkan hidupku pada suami? Bukankah aku selalu taat pada suami?  Tapi kenapa aku selalu dihina oleh suamiku sendiri? Suami yang bahkan sangat paham syariat agama??
...
“Ehh.. Nisa. Kapan kamu datang? Tumben bisa pulang.” Suara renyah itu mengagetkan Nisa. Seketika dia berpaling, dan melangkah keluar halaman.
“Aisyah..., Ya Allah ... Siapa ini ganteng sekali?” Seorang anak laki-laki kecil yang baru belajar berjalan memandang Nisa. Kemudian tersenyum lucu.
“Anakku, Nis. Wildan. Baru 11 bulan. Tapi dia sudah jalan 3, 4 langkah lho...”.
“Ayo salim sama ammah, Wildan”. Terdengar suara berat dari belakang. Ups... Wisnu. Nisa agak kikuk melihatnya. 5 bulan setelah Nisa menolak lamaran Wisnu, akhirnya Wisnu menikah dengan Aisyah.
Aisyah tersenyum melihat siapa yang datang.
“Oh, Ayah sudah selesai lari paginya. Wildan sayang, pulang dulu bareng ayah, ya. Bunda, sama ammah Nisa dulu. Kangen lama tidak bertemu”.
“Ayo sayang, pulang sama ayah dulu.” Wisnu mengangkat tubuh wildan tinggi, “...a.aa..aaw..” Wildan tertawa senang. Nisa dan Aisyah tersenyum melihatnya. What a very kind man.
Mereka berdua masuk dan duduk di beranda rumah. Suasana sepi karena ibu baru saja tidur setelah minum obatnya.
“Kamu masih punya nomor HP Yasmin, Aisy?”
“Yasmin? Akhwat hukum yang sekarang jadi pengacara itu? Ya, masih. Aku masih sering berhubungan dengan dia. Memangnya ada apa?”.
“Aku mau tanya-tanya tentang perceraian”.
“Cerai? Kasus apaan, Nis, sampai cari pengacara segala?”.
“Ya.. kasus rumah tangga dong...” Jawab Nisa sambil tersenyum.
“Ya, iya, ane tahu. Siapa emangnya yang mau cerai?”
“Aku”. Jawab Nisa datar.
“What??”. Sontak mata Aisyah terbelalak.
Astaghfirullahaladziim...” Aisyah hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar kisah Nisa. Dirinya teringat suaminya, Wisnu. Laki-laki pendiam dan lugu. Tapi sungguh dia selalu berupaya membuatnya tersenyum.  Laki-laki yang tidak terlalu cerdas tapi tak pernah marah. Laki-laki pemalu tapi selalu berusaha romantis. Tidak terlalu tampan tapi perhatian. Memang Allah  menciptakan manusia dengan segala kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Istighfar, Nis. Kamu tahukan, perceraian memang diperbolehkan, tapi itu hal yang sangat dibenci Allah . Ini sebuah mitsaqan ghalidza. Sebuah janji yang berat di hadapan Allah . Kamu dan Faqih adalah orang yang paham agama. Sudah di khusnudzoni bisa menjadi uswah khasanah untuk ummat ini. Istighfar sahabatku... pasti ada jalan untuk cobaanmu ini. Allah tidak akan memberi cobaan melebihi kemampuan hambanya.” Airmata Aisyah tumpah. Bahkan dia tidak mampu membayangkan makna kata bercerai karena demikian berat.
“Mungkin ini bukan cobaan, Aisy. Bisa jadi ini teguran Allah  terhadapku. Mungkin tanpa aku sadari selama ini aku berdakwah tidak dengan ikhlas. Kesombongan bahwa aku sangat sibuk berdakwah. Rasa congkak karena aku selalu menjadi yang terbaik. Angkuh karena aku selalu dipercaya. Sok  karena selalu menjadi andalan. Merasa hebat karena aku selalu mendapatkan apa yang aku mau. Astaghfirullahhaladziim.. berapa banyak orang yang sudah aku dzalimi Aisy?”
Aisyah memeluk erat bahu Nisa. Ia mencintai sahabatnya itu.
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” Kata Nisa lirih. Ia menangis tanpa suara.
“Kamu harus berjuang, Nis. Jangan menyerah. Sebagaimana selama ini kamu selalu berjuang untuk orang lain. Sekarang saatnya kamu berjuang untuk dirimu sendiri, untuk suamimu, untuk pernikahanmu. Untuk sebuah  janji besar yang sudah didengar Allah. Kamu bisa. Faqih bukan seorang pemabuk. Dia bukan penjahat. Dia seorang ustadz. Kalaupun sekarang dia keras terhadapmu, jadikan sabar dan shalat sebagai penolongmu. Allah maha membolak-balikkan hati. Percayalah”.
Nisa kian sesenggukan. Lirih dia berkata, “Aku mencintainya, Aisy”.
Sayup-sayup terdengar suara nasyid dari Shoutul Harakah di dalam rumah.
Mengarungi samudra kehidupan, kita ibarat para pengembara,
Hidup ini adalah perjuangan, tiada masa tuk berpangku tangan,
....

Selesai.
Lorong waktu,
Selasa, 27 Nop 2012
11.45 a.m.



Senin, 26 November 2012

ALIF WRITING SCHOOL Pelatihan Jurnalistik "Menjadi Guru Penulis"





Alif adakan pelatihan jurnalistik, bersama guru2 di beberapa wilayah solo dan sekitarnya.,, pelatihan ditujukan untuk mengasah kemampuan guru dalam menulis, banyak harapan yang ingin dicapai dalam pelatihan ini, salah satunya membuat buku kumpulan cerpen bersama.

Selasa, 07 Agustus 2012

Kak Sholah mendongeng bersama anak yatim dan dhuafa luar panti, binaan dari SOLO PEDULI. Dihadiri MENSOS RI Bp. Salim Segaf Al Jufri, MA

Kamis, 02 Agustus 2012

AMT SDII AL ABIDIN

SDII AL ABIDIN Surakarta mengadakan kegiatan AMT (Achievement Motivation Training) dalam rangka memotivasi siswa dalam meraih prestasi di awal tahun ajaran baru. Kegiatan ini diikuti oleh semua siswa SDII AL ABIDIN Surakarta level/kelas V dan diadakan di SDII AL ABIDIN pada hari Jum’at, 13 Juli 2012. Pemandu dari acara tersebut, trainer dari Lembaga Pelatihan Pendidikan ALIF, Ibu Farida Nur’aini, S.Sos yang akan menyampaikan materi tentang “Motivasi Meraih Prestasi di Kelas Baru”
Diharapkan siswa kembali bersemangat dalam belajar dan menuntut ilmu dengan cara memberikan semangat, dukungan, perhatian dari orang tua maupun dari guru. Bisa juga memberikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi dan sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk di berikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun dan membantu kesulitan belajar siswa secara individual maupun kelompok.
“Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan spirit dalam melangkah ke tingkat lanjut dan untuk memvisualisasikan target dan tujuan anak, lebih memacu siswa untuk lebih memiliki motivasi berprestasi yang tinggi agar proses belajar dan perilaku siswa akan terarah untuk mencapai prestasi yang diharapkan”.